
Puisi Serba Pandemi (Pilu di Negeri Ku) karya Benediktus Yoses Pusjoyo Kedang merupakan naskah terbaik mendapat Juara 5 Kategori Mahasiswa dalam Lomba Cipta Puisi Covid-19-Dari NTT Untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid Bersama Yayasan Fahiluka Surya Pertiwi 28 Juli 2020. Berikut naskah puisi naskah puisi “Serba Pandemi”;
SERBA PANDEMI (pilu di negeri ku) Tahun-tahun yang tak berakhir. Hawar yang kini datang bukan hanya sekedar mampir. Memberi pitwat agar lebih mawas diri. Agar mampu mendefinisikan kesempatan tentang merenda delusi. Tak kita jumpai, nyanyian empuk di hari minggu. Ku sakit hati, ku katakan ini dengan sungguh. Kita terlantarkan ilahi hanya karena keadaan duniawi. Pasar begitu gaduh namun akidah ku begitu sunyi. Ekonomi semakin menyurut dalam kandungan. Penanggung dalam keberlangsungan nyawa mulai diperhitungkan. Kaum marhaen kadang perut tak terisi. Mengada yang di atas dengan doa yang diada-ada agar cepat teratasi. Kita semua menolak lupa tentang sejarah. Kemarin dan hari ini adalah bunga tidur yang cendala untuk bangsa. Bagaimana kita melawan dengan doa. Hendaknya dikabulkan oleh Dia yang di surga. Generasi tak boleh tidur seperti mati. Tak cukup risalah, sumbangsi dalam tindakan juga harus kita beri. Movement harus dimulai dari anak muda. Maklumat kematian sebagai muktamar suam yang faktual menjadi bahara empati buat kita. Bentangkan tangan berbekas peduli terhadap sesama. Karena bumi tengah berduka atas luka pandemi yang tengah mewabah. Dia bukan Tuhan tapi sedang melumpuhkan populasi manusia. Hati-hati, kematian sedang memalsukan wajah. Rest in peace untuk para medis. Memasrahkan ikram dengan hati yang kian teriris. Dengan andal kalian berjuang. Walau selalu dicumbui rindu untuk pulang. Kalian menolak mangkir. Walau kadang sikap apatis selalu datang memarkir. Spelekan kaidah selalu meninggikan doa. Mereka lupa, bahwa menyulam lidah pasti tak cukup untuk buyar. Lawan dengan cinta. Aku, kamu, dia dan mereka adalah kita. Beragam adalah syukur yang harus diucap dengan bahagia. ku laungkan amaran ini dari Timur untuk Indonesia. Kita mampu untuk belajar. Sederhananya hidup dan mati adalah sejajar. Ada yang bisa lahir dari rahim kegelapan. Walaupun, tak dikehendaki ada oleh zaman. Bang ben, 04 Juni 2020
